Search This Blog

REMEMBERING OUR PRECIOUS DAUGHTER, HARRIETT ELIZABETH TEJALAKSANA (June. 27, 2015)

Benaiah is already with us. He is so precious boy.

Wednesday, June 8, 2011

Daniel Alexander: Menabur Kasih di Ujung Timur

Dia tinggalkan kenikmatan pelayanan perkotaan, berjalan mencari jiwa dari desa ke desa dengan kakinya yang selalu bertumpu pada Tuhan. Prinsip hidupnya adalah berbagi, sekalipun dalam hidupnya sudah tidak ada yang bisa dibagikan lagi. Yah, paling tidak berbagi senyum dan keramahan. Itulah Daniel Alexander, pria yang sangat terbeban untuk memajukan daerah-daerah tertinggal dibangsa ini. Bukan memanjukan keimanan semata tetapi juga mencerdaskan mereka.

Rendah hati, sabar dan tenang, demikian pria yang telah menjadi bapak segala suku ini. Senyumnya pun selalu mengembang ketika ia berpapasan dengan siapa saja, entah orang yang sudah dikenalnya ataupun belum. Sorot matanya memancarkan keteduhan, tak heran jika banyak yang betah berbincang dengannya. Semua anak muda yang dekat dengannya, diangkat menjadi anak. Dan nampaknya mereka pun dengan senang memanggilnya, papa, papi, bapak, om, koko dan masih banyak lagi sebutan akrabnya.

Nama Daniel Alexander memang sudah membahana di dunia pelayanan. Sejak ia berkomitmen mengabdikan diri untuk melayani suku-suku terasing di Papua, ia habiskan seluruh kehidupannya untuk berjuang memajukan taraf kehidupan di daerah tersebut. Ia tinggalkan kemampanan hidup di kota besar, bahkan ia pun mengajak istri yang dicintainya untuk pindah dari “negeri kangguru” (Australia, red) ke pulau cendrawasih (Papua) yang pada saat itu masih terbelakang.

Papua jadi pilihan
Daniel Alexander lahir dari keluarga yang pas-pasan, di kota Surabaya pada tanggal 22 Maret 1956. Kedua orang tuanya terbilang cinta Tuhan, maka tak heran jika ia pun mewarisi sifat tersebut. Sejak remaja Daniel sudah giat melayani. Tepatnya ketika ia duduk di bangku SMP dan sudah mengalami pertobatan. Ia sempat berkuliah di Universitas Petra jurusan Sastra Inggris. Pada semester tiga ia berhenti dan memutuskan untuk sepenuhnya pelayanan.

Ko Dan, demikian ia biasa disapa, melayani di kota kelahirannya. Pada waktu itu, tahun 70-an, semangat pelayanan sedang berkobar di sana. Tahun 1980 ia sudah menjadi penginjil keliling, bahkan hingga ke luar negeri. Ia kerap mengadakan kebaktian kebangunan rohani yang sekarang ini populer dengan sebutan KKR. Dan ia pun tergabung dalam PESAT (Pelayanan Desa Terpadu) hingga saat ini.

Di tengah kemapanan pelayanannya, hati kecil Daniel tergelitik dengan kata “sampai ke ujung bumi”. Kala itu ia bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, kemanakah aku harus pergi?” Tuhan pun berkata, “Jadilah saksiKu dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ujung bumi”. Ia terus merenungkan kalimat tersebut. Lalu ia bertanya pada Tuhan, “Di manakah ujung bumi?”

Hingga suatu hari Daniel mendapat jawabannya. “Saya membaca buku yang sudah cukup tua usianya. Judulnya, From Jerusalem to Irian Jaya. Ketika saya membaca, muncul pertanyaan, Kenapa dari Yerusalem ke Irian? Ada apa dengan Irian? Saya semakin semangat membaca buku tersebut. Dari buku itulah saya memutuskan untuk melayani di Papua. Karena menurut buku tersebut, dan saya yakin, Papua adalah ujung bumi. Kalau sudah tahu ujung bumi itu Papua, kenapa saya harus berkeliling ke daerah lain,” ungkap Daniel antusias.

Sejak menemukan kebenaran tersebut, Daniel memutuskan untuk pergi ke Irian Jaya yang belakangan lebih dikenal dengan sebutan Papua. Pada waktu itu, pulau yang bentuknya seperti kepala burung ini masih sangat primitif. “Tahun 1990 saya ke Wamena untuk mencari data dan survei tempat. Saya langsung jatuh hati dengan pulau tersebut. Papua itu pulau yang besar dan belum tertata dengan baik. Sumber daya alam mereka banyak yang berlum digali karena sumber daya manusianya juga belum dibangun. Melihat keadaan Papua saya semakin yakin bahwa inilah ujung bumi,” terang.

Menabur dengan tulus
Setelah mendapat data yang cukup, Daniel kembali ke Surabaya. Ia mematangkan rencananya dan menyusun strategi yang cocok untuk daerah tersebut. Selain itu, ia berdoa dan berusaha mengumpulkan apa yang dimilikinya untuk dijadikan modal pelayanan. Satu tahun berikutnya Daniel kembali ke Papua dengan membawa benih-benih pelayanan. Dengan strategi pendekatan dengan warga setempat lewat pelayanan diakonia, ia berhasil berbaur dengan mereka.

Daniel mulai mengenalkan kepada mereka membaca dan menulis. Disamping berkotbah, ia juga memberi penyuluhan bagaimana menggali kekayaan alam yang terpendam di daerah tersebut. Dalam waktu singkat, Daniel menjadi sahabat orang-orang Papua khususnya di Nabire. Tahun 1995, ia mendirikan sekolah taman kanak-kanak sekaligus asrama bagi mereka. Rencana ini sempat tersendat lantaran banyak orang tua yang tidak merelakan anaknya tinggal di asrama. Syukurnya, Daniel bisa mengatasi masalah tersebut. Malahan, dari tahun ke tahun, jumlah anak didik mereka bertambah. Bukan saja TK, sekolah jenjang tinggi pun dibangunnya.

Dari satu desa, pelayanannya makin merambah ke desa lain. Dalam waktu singkat, beberapa sekolahan sudah berdiri di sana. Herannya, meski sekolah dibangun di daerah yang minus dan terbelakang, mereka memiliki guru-guru yang berkompeten. Ini bukti, ternyata, Daniel berhasil membagikan visi misinya kepada banyak orang untuk membangun Papua. Harapan Daniel adalah agar putra daerah bisa membangun dan mengelola kekayaan tanah kelahiran mereka yang sudah sekian lama tercuri oleh pihak luar.

Kini Daniel yang didukung oleh tim yang tergabung di Pesat, rindu membangun perguruan tinggi yang juga berasrama. Menurutnya akan lebih efisien jika mereka sekolah sekaligus dibangun karakternya. Ia juga rindu membangun House of Healing. Rumah kesembuhan yang bukan saja ditangani secara medis melainkan juga secara rohani. Saat ditanya apakah ia ingin membangun gereja, dengan tegas hamba Tuhan yang lebih suka melayani lewat kegiatan sosial ini menjawab, “Tidak. Saya tidak terpanggil untuk membangun gereja. Sudah terlalu banyak gedung gereja tetapi pelayanan kasih masih kurang,” jelasnya.

Menurut bapak yang hingga saat ini belum dikarunia keturunan namun tetap bersukacita, melayani bukan saja hanya di dalam gereja. “Ada yang dipanggil untuk melayani di dalam gereja, tetapi saya tidak. Tuhan lebih menginginkan saya melayani secar universal. Masih banyak orang yang harus dijangkau melalui pelayanan kasih yang berwujud, bukan sekedar berdoa. Pelayanan yang mendunia, maksudnya yang bisa dirasakan oleh orang-orang dunia. Salah satunya aksi sosial terjadinya bencana alam,” papar Ko Dan.

Selain Papua yang diyakini Daniel akan mengalami masa kejayaan, masih ada beberapa daerah yang telah dijadikan base camp pelayanan bersama timnya. Seperti; Kalimantan Timur dan Barat juga Sulawesi Tengah. (Kristin - http://www.terangdunia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=168:daniel-alexander-menabur-kasih-di-ujung-timur&catid=39:profil&Itemid=91)

Saturday, January 1, 2011

CHILDREN IN CRISIS


CHILDREN 
IN CRISIS
Dipanggil untuk membalut luka anak-anak dan
menunjukkan bahwa masih ada harapan di masa depan


Rudy Tejalaksana


Ayat  Alkitab: Matius 9:9-13
Setelah Yesus Pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya,” Ikutlah Aku”. Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia
Kemudian ketika Yesus makan di rumah matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.
Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus,” Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa ?”
Yesus mendengarnya dan berkata,”Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajari arti firman ini. Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa”.

Pendahuluan: ENGKAU DICINTAI
Minggu yang lalu, kami baru menguburkan seorang anak remaja di daerah Joyoboyo. Dia meninggal karena komplikasi akibat terlalu lama menggunakan narkoba. Semalam sebelum dia meninggal, dia sempat bertanya kepada ibunya, seorang pekerja sosial di tempat kami melayani. Dia bertanya,”Ibu, ternyata saya bisa mati juga ya? Ibu apakah Tuhan mau menerima saya yang kotor seperti ini ?
Ini remaja yang sejak kecil ditinggal ayahnya, hidup dalam pergaulan terminal yang kelam, dan terjerumus dalam lubang yang tidak berdasar dan tiba pada penghujung hidupnya dan baru menyadari bahwa dia punya harapan. Ketika kami melayaninya, air matanya mengalir, menyadari bahwa Dia dikasihi Tuhan. Engkau dicintai.

Seorang anak perempuan. Sebut saja namanya Dina. Usia 14 tahun. Dia mengalami keadaan yang sangat mengenaskan pada usia muda. Pada usia 7 tahun, Dina dijual kepada rekan judi ayahnya karena tidak mampu membayar utang. Dina tetap ke pos sekolah minggu, namun dengan kemarahan besar. Awalnya saya tidak mengetahui hal ini, ibu Dina menceritakannya kepada saya sambil berlinang air mata. Saya sering mengunjunginya. Berdoa untuknya. Ketika konseling, dina berteriak dengan begitu keras dan mengatakan bahwa Tuhan itu jahat. Tuhan tidak peduli kepadanya. Dimana Tuhan ketika dia diperlakukan tidak adil. Dia lalu memukuli saya. Biasanya saya akan refleks melindungi diri saya. Tapi hari itu, Tuhan memberi saya hikmat surgawi, saya membiarkan diri saya dipukuli dengan kemarahan luar biasa oleh Dina, sampai akhirnya dia berhenti dan menangis dengan keras. Saya hanya diam memandanginya, memegang pundaknya dan berkata, “Seperti itulah cinta Tuhan kepadamu. Apapun yang kamu katakan tentang Tuhan, Dia tetap mencintaimu. Seberapa besarpun marahmu padanya, Dia mencintaimu. Karena Dia mencintaimu lebih dari apapun. Tuhan memulihkan hati yang terluka. Beberapa waktu kemudian, orang tua dina bercerai dan Dina diajak untuk pulang kembali ke daerah jember, desa asal ibu Dina. Sudah lebih dari 6 tahun saya tidak bertemu dengan dia. Berarti usianya sekarang 20 tahun. Seperti apa Dina sekarang ini ?

Seringkali orang mengganggap pelayanan semacam ini adalah pelayanan yang tidak efektif. Orang berpikir:
a.   Lebih baik buat preventif. Buat sekolah buat anak-anak baik dan didik mereka sebaik mungkin untuk menghadirkan generasi yang lebih baik.
b.  Pekerjaan yang tidak efektif karena pekerjaan yang tidak ada habisnya. Kita membalut satu luka, disaat bersamaan, anak itu dilukai lagi, bahkan dengan tingkat yang lebih parah lagi.

Pekerjaan melayani anak-anak dalam krisis adalah pekerjaan membalut dan mengobati luka. Pekerjaan ini diperlukan diberbagai tempat, sebab begitu banyak anak yang ada di dalam krisis.
1.   Pekerjaan membalut luka
2.   Pekerjaan mengobati luka
3.   Pekerjaan menyiapkan anak-anak menghadapi luka
4.   Pekerjaan untuk member anak-anak harapan hidup di hari besok

Definisi Krisis:
Webster’s Dictionary
1.   Masa yang gawat, kritis sekali
2.   Suatu titik balik dalam sesuatu.
3.   Reaksi terhadap bahaya dari luar
4.   Akibatnya: hilangnya kemampuan, gangguan fungsi emosi
Huruf Tionghoa Krisis:
1.   Ada dua lambang (Wei Ji)
a.   Suatu keadaan tanpa harapan (Wei = danger, dying)
b.  Melambangkan kesempatan (Ji = Opportunity)
Krisis itu ada di tengah-tengah. Menuju kemanakah suatu keadaan akan sangat tergantung kepada dukungan untuk menghadapi krisis tersebut.

Siapakah anak-anak dalam krisis ?
Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat menyenangkan. Masa dimana anak-anak menikmati kasih sayang, perlindungan, semangat dan sukacita diantara keluarga mereka. Namun, berjuta-juta anak hidup tidak dalam keadaan yang ideal seperti ini. Glenn Myers dalam bukunya Children at risk menyatakan bahwa hampir semua anak-anak hidup dengan keadaan krisis, dimanapun mereka berada. Namun ada kategori krisis yang perlu mendapat penanganan segera:
1.   Anak-anak yang tinggal di jalanan (Street Children)
2.   Anak-anak yang menjadi tentara di daerah konflik (Child Soldier)
3.   Anak-anak yang bekerja (Child Labor)
4.   Anak-anak dalam kemiskinan (excessive Povert) – kelaparan, kurang gizi
5.   Anak-anak yang tanpa pendidikan (Lack of Education)
6.   Anak-anak yang mendapat abuse:
a.  Physical Abuse (dianiaya, dipukuli, ditendang, dicubit, dihajar, dan sebagainya)
b.   Emotional Abuse (ditolak, ditinggalkan, dibanding-bandingkan, dilecehkan,
c.    Spiritual abuse (mendapat kekerasan demi hal-hal “rohani”,
d.   Sex abuse adalah tingkat abuse yang memiliki dampak terdalam dari seluruh abuse adalah sex abuse. Dalam sex abuse, seluruh kemanusiaan seseorang ditelanjangi, dihancurkan pada tingkat yang paling dalam. Dalam seluruh pengalaman konseling, pelayanan ini adalah konseling dengan waktu terlama (hampir 2 tahun menolong pemulihan). Mereka umumnya bermimpi buruk, hidup dalam kepahitan dan hati yang hancur.
Anak-anak semacam ini ada disekeliling kita. Mereka diambang kehancuran, tidak punya harapan untuk masa depan, dan biasanya berakhir dengan kematian (bunuh diri, narkoba, dan sebagainya). Siapa yang peduli ?
Statistika Anak-anak yang tinggal dalam krisis:
·       Jutaan anak lari dari rumah karena kekerasan dan abuse
·       Ada 185 juta anak di amerika latin. Setiap tahun 8 juta anak mengalami kekerasan. 80.000 anak mati di rumah mereka sendiri
·       WHO mencatat ada 150 juta anak perempuan dan 80 juta anak laki-laki yang setiap tahun menghadapi penyerangan secara seksual
·       Ada 700 juta anak di seluruh asia, namun 121 juta anak usia sekolah tidak dapat bersekolah karena berbagai alasan.
·       4,5 juta bayi lahir tanpa identitas yang legal. Mereka lahir dari hubungan seksual bebas, terdiskriminasi dan sulit mengakses pendidikan dan kesehatan
·       27,000 anak mati setiap hari oleh karena kelaparan dan penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.
·       100 juta anak hidup di jalanan setiap hari.
·       12 juta anak diperjualbelikan dalam human trafficking setiap tahun. Mereka dikirim sebagai tenaga kerja, sebagian besar sebagai tenaga kerja seks. Sebagian besar berakhir dengan berbagai kematian yang tidak wajar
·       140 juta anak kurang gizi. 5,6 juta anak diantaranya mati kelaparan. Sebagaian besar di asia dan afrika. 33 juta orang mengidap HIV AIDS diseluruh dunia. 2,1 juta diantara mereka adalah anak-anak dibawah usia 15 tahun. 2 juta orang yang mati karena AIDS, 280,000 adalah anak-anak dibawah usia 15 tahun.
·       17,5 juta anak dibawah 18 tahun kehilangan orang tua mereka karena AIDS.
·       Jutaan anak menghadapi kemiskinan, tidak punya tempat tinggal, drop out dari sekolah, mengalami diskriminasi dan kehilangan kesempatan hidup yang memadai. Sebagian besar berakhir dengan kematian.

APA YANG DAPAT KITA LAKUKAN ?
Matius 9:9-13
Belajar dari teladan Tuhan Yesus – intervensi pada hidup anak-anak dalam krisis:
1.   Tuhan Yesus melihatmelihat bukan dengan mata, tapi dengan hati dan belas kasihan
·       Di dalam seluruh kisah mengenai Tuhan Yesus melihat, selalu dilanjutkan dengan hati-Nya yang tergerak oleh belas kasihan.
·       Tuhan Yesus aktif mendatangi Matius, Seorang yang sakit – namun tidak pernah tahu bila dia sedang sakit. Tahu mengapa ? seringkali orang-orang yang sakit, kesepian jiwanya, berusaha menutup-nutupi bahwa mereka membutuhkan pertolongan.
·       Kalau kita pergi mengunjungi anak-anak  jalanan, kita akan mendapati penolakan dan rasa aneh dari mereka pada pertama kalinya. Hidup mereka penuh dengan kecurigaan. Mereka akan curiga pada siapa saja yang ingin mendekati mereka. Kecenderungan menolak dan bersikap kasar membuat banyak orang urung untuk berlama-lama bersama mereka, sebab memang tidak terasa nyaman. Mereka yang hidupnya keras ini seringkali membutuhkan waktu untuk mengobservasi dan merasakan hati kita. Setelah mereka mengetahui  bahwa ada maksud baik dalam diri kita, mereka akan terbuka dan menerima.
·       Melayani anak-anak dalam krisis haruslah dimulai dengan hati yang penuh belas kasihan ketika melihat mereka.
a.   Anak-anak ini akan mati sia-sia bila kita tidak memutuskan untuk melayani mereka.
b.  Anak-anak ini tidak akan pernah punya harapan, bila mereka tidak pernah tahu kalau hidup mereka berharga dan mereka dikasihi Tuhan.

2.   Tuhan Yesus berbicara dan memanggilnya.
·       Setelah melihat Matius, Tuhan Yesus mendekatinya dan berbicara dengan matius untuk pertama kalinya. Sebelumnya mereka belum pernah berbincang-bincang. Matius sibuk dengan urusannya sendiri.
·       Beberapa penafsir bahkan mengatakan bahwa pada saat Tuhan Yesus ada di Kapernaum, semua orang pasti tahu siapa Tuhan Yesus, karena itu kota kecil. Namun yang paling menggemparkan adalah Tuhan Yesus baru saja menyembuhkan seorang lumpuh dengan otoritas yang luar biasa. Matius 9:8 mencatat bahwa orang yang melihat mujizat itu takut (afraid) lalu mengelu-elukan Allah. Waktu itu, Tuhan Yesus begitu terkenal di kampung halamannya sendiri. Dalam keadaan itulah, Tuhan Yesus melihat Matius
·       Apakah matius tahu siapa Tuhan Yesus ? Dia pasti mendengar tentang Tuhan Yesus. Tapi mengapa dia tidak ada diantara kerumunan orang-orang yang mengelu-elukan Tuhan ? Dia tidak berani berada bersama dengan orang-orang Yahudi. Mereka terlalu membenci Matius. Matius sangat kesepian. Karena pekerjaannya membuat dia menjadi musuh semua orang. Seorang penghianat yang bekerja untuk bangsa Romawi.
·       Matius begitu sepi, ditolak, terluka, sendirian. Dalam krisis. Dalam keadaan seperti itu, seorang yang mengagumkan memanggil dia. Bagaimana mungkin?

Ilustrasi:
Anak-anak di Joyoboyo: Rangga : seorang anak yang kasar, tidak kooperatif. Suatu hari di Restoran McDonald, rangga bertanya: mengapa kak Rudy dan kak Merry mau melakukan hal ini untuk kami ? kami tidak pernah melakukan apa-apa untuk Kakak. Kakak Baik. Dapatkah saudara merasakan sukacitanya

3.   Tuhan Yesus duduk makan dan berbincang-bincang dengannya. Tuhan menerimanya.
Tuhan Yesus melakukan sesuatu yang sangat ekstreem. Di saat semua tokoh agama menjaga dirinya dari orang berdosa, Tuhan Yesus duduk dan makan dengan orang berdosa. Dalam sejarah kehidupan Tuhan Yesus, dimana Tuhan Yesus hadir ? sebagian hidupnya dihabiskan ditengah-tengah orang-orang berdosa yang membutuhkan Dia. Ditengah-tengah orang berdosa, makan-tertawa-bahkan dikira orang mabuk karena dia dapat tertawa-tawa dan menikmati semua hidangan bersama orang-orang berdosa tersebut. Lukas 5:29 mencatat bahwa Matius mengundang Tuhan Yesus ke rumahnya. Lihat reaksi Tuhan Yesus ? Dia begitu menikmati undangan itu, tanpa merasa kuatir (diperas, di aniaya, dan sebagainya). He is different.
Dalam keadaan itu, matius makan bersama dengan Tuhan Yesus. Coba perhatikan, apa yang terjadi ? pemungut cukai dan orang berdosa lain datang dan duduk makan bersama mereka disana. Mereka tidak malu lagi. Mereka merasa diterima.

Anak-anak dalam krisis adalah anak-anak yang kehilangan keseimbangan. Hidup mereka menuju kehancuran yang sistematis. Kita dapat menolong mereka dengan berada di sana. Kehadiran kita di dalam hidup mereka membuat anak-anak itu memiliki harapan baru – meskipun kondisinya tidak berubah. Mereka akan datang ketika pertolongan di tawarkan kepada mereka.

Ilustrasi:
Dalam gempa di Padang, begitu banyak orang yang menghalangi kami pergi, karena informasi di sana sepertinya parah sekali. Listrik mati, sarana kesehatan rendah, mayat dimana-mana, dan sebagainya. Kami tidak mengenal orang-orang Padang kecuali beberapa kawan dari Tim Prolife Movement Indonesia. Kami pergi mengisi sesuatu yang didibutuhkan anak-anak, bermain dengan gembira. Kami



4.   Tuhan Yesus menyembuhkan bagian terdalam yang telah digerogoti dengan dosa.
·       Mempersiapkan kematian anak-anak yang bias datang setiap saat.
·       Kisah : Victor di Joyoboyo

Pada suatu siang, sebuah peluru mortir mendarat di sebuah panti asuhan di sebuah perkampungan kecil Vietnam. Beberapa anak terluka, termasuk seorang gadis kecil yang berusia sekitar 8 tahun.
Setelah melihat keadaan gadis kecil itu, dokter menyimpulkan bahwa anak tersebut sudah dalam keadaan yang sangat kritis. 
Tanpa tindakan cepat, anak itu akan segera meninggal kehabisan darah.  Dokter dan perawat segera mengadakan pengujian singkat dan menemukan beberapa anak yang memiliki kecocokan darah dengan gadis kecil tersebut.
Kemudian, dengan berbagai bahasa isyarat, tim medis menanyakan apakah ada di antara anak-anak itu yang bersedia menyumbangkan darahnya bagi si gadis kecil yang terluka parah.
Permintaan itu ditanggapi dengan diam seribu bahasa.
Setelah agak lama, seorang anak mengacungkan tangannya perlahan-lahan, tetapi dalam keraguan ia menurunkan tangannya lagi, walaupun sesaat kemudian ia mengacungkan tangannya lagi.
“Oh, terima kasih,” kata perawat itu terpatah-patah. “Siapa namamu ?”
“Heng,” jawab anak itu.
Sebatang jarum dimasukkan ke dalam pembuluh darahnya. Selama proses ini, Heng terbaring kaku, tidak bergerak sama sekali. Namun, beberapa saat kemudian ia menangis terisak-isak, dan dengan cepat menutupi wajahnya dengan tangannya yang bebas.
“Apakah engkau kesakitan, Heng ?” tanya dokter itu. Heng menggelengkan kepalanya, tetapi tidak lama kemudian Heng menangis lagi, kali ini lebih keras. Sekali lagi dokter bertanya, apakah jarum yang menusuknya tersebut membuatnya sakit, dan Heng menggelengkan kepalanya lagi.
Tim medis itu menjadi khawatir, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Untunglah seorang perawat Vietnam segera datang. Melihat Heng yang tampak tertekan – ia berbicara cepat dalam bahasa Vietnam. Perawat Vietnam itu mendengarkan jawaban anak itu dengan penuh perhatian.
Sambil melihat ke atas, perawat itu berkata lirih kepada dokter Amerika tersebut, “Ia mengira bahwa ia akan mati. Ia salah paham. Ia mengira Anda memintanya untuk memberikan seluruh darahnya agar gadis kecil itu tetap hidup.”
“Tetapi kenapa ia tetap mau melakukannya ?” tanya sang perawat Perancis dengan heran.
Perawat Vietnam itu kembali bertanya kepada Heng.. dan Heng pun menjawab dengan singkat :
“Ia sahabat saya..”
(Seperti yang ditulis oleh Kolonel dr. John W. Mansur, – termuat dalam buku “The Missileer”, New York, 2004)

Today, as ussual, Me and my wife walked around Joyoboyo Bus station for visitation time. We wanted to visit and meet children and their parents.  By that kind of visitation, we found the reality of Street children's life. It is not easy to live in such a harsh enviroment. We can find so many heartbroken – pain and bitter life. We saw a mother chasing her son with a broom. The boy was so scared, crying and running, tried to hide behind me. His mom dragged his hand and started to hit the boy. I tried to stop her, while the boy managed to escape and run away to the busy and crowded street in front of the bus station. A car almost hit the boy and a motorcycle hit the boy's hand. I just could hold my breath, cannot imagine what would happen if God didn't protect this little boy.

I've known this boy for about a year ago. He is a sweat boy, a 8 years old boy.  loves to smile, so friendly, but a quiet boy. If you do not say something, he will not say something to you too. These couple months, me and my wife get closer to him. He said that everyday his mom got angry easily. She could hit him with things on her hands. His dad is still in the prison for some reasons of crimes. This sweet boy is so lonely. He said that sometimes, he cried alone. people said that he has no more future, having dad and mom like this.

We can feel the sadness,  even until now. Daily life with the street children has touched our deepest heart, our deepest humanity power, to do something to these kinds of children. Can you imagine, there are so many street children around us ? can you imagine that everyday they have to face dangers, even death. If we care enough for the children, we can do something.... to heal these broken hearts... let's do something ... something small to all children at risk around us...

=HOLISTIC APPROACH: FATHERING THE FATHERLESS
providing education, training, and a holistic approach to meet the physical and spiritual needs, by providing food, medical supplies, street workers, drop-in centers, and night shelters for the children.
a.   Pendekatan  fisik:
-         Anak-anak butuh makan
-         Anak-anak butuh akses kesehatan
-         Anak-anak butuh tempat tinggal  - night shelter

b.   Pendekatan jiwa
-         Anak-anak butuh pendidikan – shaping the soul
-         Anak-anak butuh life skill training – to survive and win the battles
-          
c.    Pendekatan spiritulitas
-         Anak-anak membutuhkan Juruselamat untuk menemukan meaning of life.
-         Anak-anak membutuhkan figur yang membuat mereka mengerti bahwa ada Bapa Surgawi yang mengasihi mereka.

Tujuan Intervensi Krisis: Mencegah kehancuran, membalut luka, menghapus kesedihan
Maukah kita ikut ambil bagian dalam pekerjaan yang besar ini ?

rudy and merry
HIS Shelter Community ~M25:40

Sunday, November 28, 2010

TELL THE CHRISTMAS STORY WITH A PILLOW

My Christmas Pillow
This Christmas story to be told to children or used in an all-age setting. All you need is a pillow with a white pillowcase. As you tell the story of the nativity you use the pillow as a prop to enhance the impact. You might like to invite a boy and a girl to come out the front and assist you with each of the pillow posotions. Have fun with your reactions and invite the children to respond. The photos give you some guide.
(Holding up the pillow) Who can tell me how many more sleeps there are till Christmas Day?

Some people will be hanging up empty pillowcases this Christmas time in the hope of receiving some presents on Christmas Day. But let me show you what I’ve called My Christmas Pillow. This pillow reminds me in lots of ways about the true meaning of Christmas

 Let me show you My Christmas Pillow’
The Christmas story goes way back to a time when a teenage girl named Mary loved God very much. She had an unexpected visit from an angel at her home in Nazareth.
 What a surprise for Mary to have God’s messenger come and visit her with some special news. The Angel named Gabriel told Mary that she was to have a very special baby who’s name was to be Jesus. He will be great and will be called the Son of the Most High-God.
(This angel might have had big wings like these.)

  Hold the pillow firmly in the middle to make it look like wings.
Mary looked very, very surprised!
Mary soon saw that the words of the angel were true and she knew she was going to have a baby. Mary and Joseph had to travel a long way back to the town where they had been born - to Bethlehem. I don’t think poor Mary and Joseph would have had a saddle on the donkey or anything like a soft pillow for the pregnant Mary to lie down on at night time.
  she was going to have a babysaddle on a donkey
When they finally arrived at the town of Bethlehem they soon found that the place was crowded with lots of people who had come back to be counted by the Romans. Joseph tried hard to find a comfortable place for Mary to have her baby but as he knocked on doors all he was told was that there was no room for them to stay.
...as he knocked on doors...
 Joseph kept on trying until eventually an innkeeper found a place around the back in the stable with some animals. 
 It might have looked a bit like a stable or a cave.
At least now Mary could lie down as the baby was about to be born. And that’s what happened on that first Christmas night. Mary gave birth to the beautiful baby- the baby Jesus. She wrapped him up in cloths and placed him in a manger.
... Mary wrapped him up in cloths. (Hold the pillow tight like a baby and rock.
During that night Mary and Joseph had a visit from some shepherds who told an amazing story about how they had been out on the nearby hills watching their sheep. They had seen and heard angels singing in the sky and announcing the birth of a baby in Bethlehem.
...visit from some shepherds... watching sheep...
They had run to find the baby. How surprised and joyful they had been when they found out what God had said through the angel was true.

Later on there were more visitors as wise men from the East arrived to give special presents of gold and frankincense and myrrh. They told Mary and Joseph about their long journey following a bright star which led them right to the baby Jesus. They bowed before baby Jesus to offer their gifts. They knew that this baby was a special king who was the ruler of all people - young and old, poor and rich. Jesus was God's Son with us
...wise men from the East arrived to give special presents..
You might like to invite a child to come forward and put their head on the pillow at this point and show how they go to sleep
Little baby Jesus didn’t have a soft bed or a soft pillow to lay his head upon.
 Pretend to go to sleep on the pillow. Perhaps snore loudly!
This child-king didn’t have the kind of servants who fussed over him and made his bed for him.
When you lie down tonight on your soft pillow you might like think about the first Christmas and say a big thank you to God. Remember, God showed us just how much He loves us by sending Jesus to live with us. When Jesus was older, he lay down his life upon a cross of wood to save all people from their sins.

© Don Stott, http://eliab.com, 2006
The Son of Man has no place to lay his head. Mattthew 8:20
 
Did you hear about the guy who dreamt he swallowed five pounds of marshmallow and woke up in the morning to find his pillow missing?

Tuesday, November 9, 2010

PENERAPAN TERAPI BERMAIN PADA ANAK-ANAK AUTISME

PENERAPAN TERAPI BERMAIN BAGI
PENYANDANG AUTISME
Sumber: Psikomedia.com

PENDEKATAN TEORITIS PENERAPAN TERAPI BERMAIN PADA PENYANDANG AUTISME
Sebagian besar teknik terapi bermain yang dilaporkan dalam literatur menggunakan basis pendekatan psikodinamika atau sudut pandang analitis. Hal ini sangat menarik karena pendekatan ini secara tradisional dianggap membutuhkan komunikasi verbal yang tinggi, sementara populasi autistik tidak dapat berkomunikasi secara verbal. Namun terdapat juga beberapa hasil penelitian yang menunjukkan penggunaan terapi bermain pada penyandang autisme dengan berdasar pada pendekatan perilakuan (Landreth, 2001). Salah satu contoh penerapan terapi bermain yang menggunakan pendekatan perilakuan adalah The ETHOS Play Session dari Bryna Siegel (Schaefer, Gitlin, & Sandgrund, 1991).

Thursday, November 4, 2010

JANGAN MENYERAH - by D'Masiv

Tak ada manusia

yang terlahir sempurna

jangan kau sesali

segala yang telah terjadi

kita pasti pernah

dapatkan cobaan yang berat

seakan hidup ini

tak ada artinya lagi

reff1:

syukuri apa yang ada

hidup adalah anugerah

tetap jalani hidup ini

melakukan yang terbaik

tak ada manusia

yang terlahir sempurna

jangan kau sesali

segala yang telah terjadi

repeat reff1

reff2:

Tuhan pasti kan menunjukkan

kebesaran dan kuasanya

bagi hambanya yang sabar

dan tak kenal putus asa

<

Monday, November 1, 2010

FEEL THE CROSS

A BRAVE PRAYERS FOR ALL SERVANT OF GOD

My Lord, You have mercifully exchanged Jesus for me. 
I know, 
walk in HIS identity, 
HIS power, 
HIS will, 
HIS ressuraction and life. 

My I live worthy in that calling, 
praying HIS prayers, 
seeking HIS possessions, 
desiring HIS desires, 
dreaming HIS dreams, 
doing HIS work. 

I'm a fellow heir of YOUR kingdom, 
and I don't want to waste the privilage. 
Please give me Your wisdom. 
Please plant your desires deep within me. 
Let me see Jesus' miracles, 
HIS power, 
HIS compassion.

Yes, I know I will also feel HIS cross. 
But I gladly will, if I can only experience HIS life. 
Please let me live as JESUS in this world. 
Please !!!!. 
Amen

Walk daily with GOD - 
"To be in CHRIST is the source of the CHRISTIAN Life" - Charles Hodge


SITI AMINAH - Hati yang dikasih Allah

Bagi kami, semua anak di Pondok Sukacita sangatlah berharga. Kami memulai menyatakan bahwa mereka berharga dengan memanggil nama mereka plus sebutan khusus mereka. Misalnya Rio Rajin, Yudha baik hati, dan sebagainya. Nah, ada seorang anak - namanya Siti Aminah. Kami memanggilnya Minah. Minah usianya 5 tahun. cantik wajahnya dan ramah sekali, meskipun perlu kerja ekstra keras untuk menjangkau hatinya. Kami memanggil Minah cantik. Kami selalu menjadikannya sebagai contoh kebersihan. Minah selalu berusaha mandi dulu, bedakan (meskipun wajahnya putih semua) dan pakai baju yang rapi, meskipun sederhana. Minah selalu tampil bersih dibandingkan teman-temannya yang datang ke Pondok Sukacita.

2 minggu lalu, adik minah lahir ke dunia dalam keadaan prematur. Dengan berat 1,8 Kg, Adik Minah lahir tidak sesuai perkiraan (harusnya perkiraan pertengahan november baru lahir). Adiknya harus segera di bawa ke rumah sakit, sempat menjalani inkubator beberapa waktu dan harus pulang ke rumah, karena biaya inkubator Rp. 600 ribu perhari. dengan alat sederhana Adik minah di rawat di rumah dan kemudian di bawa pulang ke Madura selama 1 minggu.

Ketika di Madura, Minah setiap hari gelisah dan selalu menanyakan mengenai kami. Minah kangen belajar lagi, main lagi, diangkat-angkat tinggi oleh saya, atau sekedar menggodanya. Pada malam hari, kata Ayahnya, Minah sampai mengigau memanggil nama kami. Beberapa hari yang lalu, saya menelponnya. Dia senang luar biasa... teriak...teriak ... begitu girang.Senang sekali mendengar suaranya lagi, setelah beberapa waktu tidak bisa mendengar suaranya.

Minah mengatakan bahwa selasa dan rabu ini dia akan ikut belajar di Pondok Sukacita. Meskipun tempat kami belajar kecil (banget - cuma 3X4M - untuk menampung 40 - 50 anak, weleh---weleh--- kata si Komo), tapi hatinya sudah ada di sana. HAti SITI AMINAH yang sederhana menangkap sesuatu dari rumah kecil kami. Rumah yang kami panggil BETHELEM dalam doa kami. Rumah cinta dan sukacita bagi anak-anak ini.

Beberapa bulan lalu, Istri saya pernah bercerita bahwa dia sempat bercerita mengenai bayi Yesus kepada Aminah. Aminah mendengar dengan penuh haru, meskipun istri saya belum menantangnya untuk menerima KRistus. Kami hanya melihat sesuatu yang berbeda dari hidupnya; Minah selalu jadi anak yang tinggal ketika belajar selesai. dia membantu merapikan karpet, merapikan mainan yang berceceran, dan sebungkus susu coklat membuat harinya begitu bahagia.

Kami hanya ingin selalu bersyukur bahwa Tuhan memperlihatkan keajaiban demi keajaiban lewat pelayanan kecil kami ini. Kami rindu, suatu hari, semua anak-anak yang pernah bertemu kami atau bermain di Pondok kecil kami akan bertemu dengan Tuhan Yesus.... ITU KERINDUAN KAMI YANG SANGAT BESAR...


DALAM TAKJUB TERHADAP CINTA TUHAN YESUS PADA ANAK-ANAK

rudy dan MERRY Tejalaksana
HIS SHELTER COMMUNITY -
~ Project M25:40

Wednesday, September 22, 2010

HOW TO TEACH BOYS AND GIRLS ? DIFFERENCE INSIGHT

By: Kent Shaffer

Reader’s Digest has a fascinating article on how boys and girls learn differently. It asks the opinion of David Chadwell, South Carolina’s coordinator of single gender education.

BOYS TEND TO PREFER
  1. Boys interpret the world as objects moving through space. The teacher should move around the room constantly and be that object.
  2. Colors that appeal to males are cooler colors, such as silver, blue, black, gray, and brown.
  3. Boys respond better to speaking that sounds matter-of-fact and more forceful. This is because, for boys, stress increases the blood flow to their brains which helps them stay focused.
  4. The ability to stand or move also helps them to be more alert by increasing their blood flow. And a room temperature of 69 degrees Fahrenheit creates optimum alertness.
  5. Boys will rise to a risk and tend to overestimate their abilities. Teachers can help them by getting them to be more realistic about results.
  6.  So when teaching boys, stand and move around while speaking forcefully and realistically. Allow the boys to occasionally move and keep the room at 69 degrees Fahrenheit. Use cooler colors in your environment and teaching.

GIRLS TEND TO PREFER
  • Girls work well in circles, facing each other. Using descriptive phrases and lots of color in overhead presentations or on the chalkboard gets their attention.
  • Colors that appeal to females are warmer colors, such as reds, yellow, and oranges. The female eye also tends to prefer textures and visuals with more details (e.g., faces).
  • Girls have more sensitive hearing than boys. They interpret speaking in a loud tone as yelling and anger, which can cause them to shut down. Stressful environments make girls feel nervous or anxious because stress sends their blood to their guts.
  • Girls focus better while sitting down. And a room temperature of 75 degrees Fahrenheit creates optimum alertness.
  • Girls at this age shy away from risk, which is exactly why lots of girls’ programs began in the private sector. Teachers can help them learn to take risks in an atmosphere where they feel confident about doing so.
  • So when teaching girls, sit in a circle with the girls and speak descriptively and in a nurturing tone. Keep the room at 75 degrees Fahrenheit. Use lots of colors, particularly warmer colors, and use visual and/or tactile textures. Create a secure yet stimulating environment where they can feel comfortable in taking risks that you encourage them to take. 


Kent Shaffer Kent Shaffer is the founder of ChurchRelevance.com an online resource created to inspire and train ministers to be more relevant and effective. He also co-owns BombayCreative.com, a ministry-oriented design firm, and AcreScout.com, a commercial listings site.

Tuesday, September 21, 2010

Anak Papua Jalan Kaki 6-10 Km ke Sekolah

Anak Papua Jalan Kaki 6-10 Km ke Sekolah 
 
Anak-anak yang bertempat tinggal di daerah pedalaman Papua, hampir setiap hari harus menempuh jalan yang sulit untuk sampai di sekolah.

Kepada Antara di Jayapura, Minggu (1/3), Customer Development Coordinator, Area Development Program (ADP) Distrik Kurulu, World Vision Indonesia (WVI), Ardiyanto Parula mengatakan, anak-anak usia sekolah dasar setiap hari harus berangkat sepagi mungkin menuju sekolah yang jaraknya sangat jauh dari rumah mereka.

Kurulu merupakan salah satu distrik dari Kabupaten Jayawijaya yang kondisi alamnya cukup sulit. Beberapa jalur transportasi hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki, termasuk dari perkampungan ke sekolah. “Rata-rata jarak yang harus mereka lewati dengan jalan kaki antara enam sampai sepuluh kilometer,” ujarnya.

Daerah pedalaman Papua, terutama Pegunungan Tengah, berupa perbukitan dan pegunungan berlereng terjal dengan elevasi hingga seribuan meter di atas permukaan laut. Hal tersebut tentu menambah sulit perjalanan yang ditempuh anak-anak ini.

Namun demikian, kondisi ini harus mereka hadapi karena kampung-kampung masyarakat yang terdapat di lembah, relatif mengisolasi mereka dari beberapa titik pembangunan. Seperti keberadaan beberapa sekolah dasar yang umumnya berlokasi di daerah yang cukup berkembang, tapi jauh dari perkampungan. “Perjalanan anak-anak ini bisa sampai satu atau dua jam jalan kaki,” kata Ardiyanto.

Lebih lanjut, dia mengatakan, untuk menyingkat perjalanan, biasanya anak-anak pedalaman memilih rute yang terjal dan berbahaya. Yaitu memanjat tebing-tebing gunung yang kemiringan lerengnya hampir sembilan puluh derajat.

Selain jarak yang jauh, banyak tantangan yang harus dihadapi anak-anak pedalaman yang memiliki semangat belajar tinggi ini.

Jika cuaca buruk, misalnya turun hujan deras, maka akses menuju pelayanan pendidikan yang hanya berupa jalan-jalan setapak menjadi lebih sukar dilewati. Lapisan lempung dan pasir yang mendominasi jalan-jalan antar kampung menjadi lebih lunak dan licin.

Bahkan ada kalanya alur-alur sungai yang banyak dijumpai di lembah, dilanda banjir bandang sehingga benar-benar memutuskan akses transportasi. Sehingga, sekolah pun tidak dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar karena tidak ada guru dan murid yang bisa sampai di sekolah.

Jarak yang demikian jauh, juga manjadi pertimbangan para orangtua untuk mengizinkan anak-anak mereka pergi ke sekolah. “Ada juga orangtua takut anaknya ke sekolah, karena jalannya yang jauh, sedangkan dalam pikiran mereka daerah yang mereka lalui kadang-kadang tidak aman,” kata Ardiyanto.

Sementara itu, ada kalanya para murid harus pulang tanpa membawa ilmu karena sesampainya di sekolah, ternyata tidak ada guru yang mengajar. “Guru jarang datang ke sekolah, terutama di pedalaman, sepertinya sudah jadi hal yang biasa,” jelas Ardiyanto.

Dia menyayangkan kondisi ini, karena sebenarnya anak-anak pedalaman memiliki motivasi belajar tinggi. Namun, selama ini belum ada perhatian yang serius dari pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat, terutama anak-anak untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang layak dengan mudah dan cepat.

Sumber:
Dikutip dari http://www.klubguru.com/2-view.php?subaction=showfull&id=1236640565&archive=&start_from=&ucat=1&do=berita

Monday, September 13, 2010

SELAMAT JALAN SAHABAT TERBAIKKU : ISAK TIMOTIUS

Seminggu yang lalu, tanpa ada firasat apa-apa, saya berbincang-bincang dengan Ko Tim (sapaan untuk sahabatku ISAK TIMOTIUS) lewat telpon.

Sudah beberapa bulan kami tidak bertemu. Terakhir pertemuan ketika Ko Tim datang ke pernikahanku dan mendoakan kami berdua dalam kebaktian pemberkatan pernikahan saya dan Merry (5 des 2009).

Dalam pembicaraan di telpon, ko Tim bercerita banyak tentang pelayanannya di MYC, sebentar lagi dia akan ke Makassar mengajar program MK di STT Jaffray, hanya berdua dengan ci Ruthy. Kami berdiskusi mengenai beberapa hal, dia mendoakan dan mendukung pelayanan saya di antara anak-anak jalanan. Tidak terbersik sedikitpun bahwa itu adalah berbincangan kami yang terakhir.

Ko Tim adalah orang yang mengasihi Tuhan lebih dari apapun juga. cintanya pada Tuhan melebihi cintanya pada dirinya sendiri.
 
Saya masih ingat Ko Tim berdoa: "Tuhan, pakailah hamba-Mu seperti yang Engkau tetapkan sejak dalam kekekalan". 





Serasa masih kemarin kami berbincang-bincang tentang hidup, pergumulan, pelayanan, dan persahabatan kami di Malang Youth Center, kantor Ko Tim. Sepertinya baru kemarin kami minum STMJ kesukaan ko Tim di malam yang dingin di Kota Malang. Seperti baru kemarin ketika ko Tim dan aku berdoa untuk Pelayanan kami dan kerinduan-kerinduan kami berdua untuk pelayanan bagi remaja-remaja. Seperti baru kemarin, ketika kami berdua menangis ketika berdoa bagi jiwa-jiwa yang terhilang. Seperti baru kemarin ketika Ko Tim mengatakan, " Terus berjuang bro, jangkau jiwa bagi Kristus" setelah wisudaku di SAAT Malang dan memeluk saya dengan begitu hangat. 

Ko Tim adalah mentor dan sahabat terbaikku. Ketika saya begitu sedih, Ko Tim menjadi teman yang mendengarkan. Lewat doanya yang penuh iman beberapa tahun yang lalu, saya memberanikan diri memulai pelayanan anak-anak jalanan dengan penuh iman. Ko Tim selalu mengirim SMS menanyakan kabar dan menyatakan bahwa dia berdoa untukku dan Merry. Ko Tim adalah pahlawan doa kami berdua. Ko Tim adalah pahlawan iman kami.

Ko Tim banyak bercerita mengenai hidupnya dan imannya. Salah satu kerinduan kami berdua adalah berangkat ke PAPUA dan menjangkau anak-anak dan remaja di sana. Ko Tim menjangkau remaja, saya menjangkau anak-anak. Kami menangisi Papua bersama-sama. Kami menaruh iman kami bahwa suatu hari kami akan berjuang bersama di sana.



Kami punya mimpi bersama; membuat banyak retret dan camp untuk remaja, menjangkau anak-anak ini bagi Kristus. Kami mendoakan mereka dengan penuh gelora dan berharap bahwa hari itu akan datang ketika kami melihat ribuan anak dan remaja diselamatkan dalam Tuhan Yesus. Kami suka bermimpi di WArung kopi dan STMJ malang bersama. MIMPI yang indah, karena mimpi itu juga adalah mimpi Tuhan YESUS bagi dunia ini.

Serasa baru kemarin kami meneguhkan mimpi itu dalam doa-doa kami dan berbagai rencana, sampai Tuhan menyatakan rencana-Nya yang berbeda. Jumat siang, saya mendapat sms yang sangat mengejutkan mengenai Ko Tim. Saya mendapat sms dari staf PASTORIUM (pusat konseling di Malang) dan dari beberapa teman dan dosen SAAT. Saya tidak percaya dan mengganggap ini sebagai guyonan, sampai SMS lain membuat saya termenung dan menangis sedih. Ko Tim pergi mendahului kami semua menghadap RAJA kami semua. Dia menghadap pada waktu yang tidak disangka-sangka. Beberapa hari sebelumnya kami masih berbicara, dan sekarang Dia pergi dan berjalan dalam kekekalan. Kami menangis. Istri saya berusaha menenangkan saya. Kami berdua berdoa. Tiba-tiba kami ingat Ci Ruthy dan 5 anak-anak ko Tim yang masih kecil-kecil. Betapa berat untuk mereka. untuk kami saja berat apalagi untuk keluarga Ko Tim. Jumat malam saya tidak bisa tidur, terus terbangun dan menangis. saya belum percaya akan semua ini. Puluhan kami saya baca sms itu, berulang-ulang sampai saya menyadari ini bukan mimpi. Berulang-ulang Merry berdoa untuk saya. Dia kelihatan kuatir saya linglung dan penuh kesedihan hari itu. Merry berkata, " honey, pergilah ke Malang... temui ko Tim untuk terakhir kalinya.

Lalu, dengan menggunakan segala macam cara, akhirnya saya tiba di Malang. jam 4 sore saya tiba di Gotong Royong, tempat persemayaman di Malang. Dengan hati yang gundah, saya mendekat ruang A dan B. tempat itu masih sepi sekali, hanya terlihat beberapa anak muda (mahasiswa SATI malang dan beberapa anak MYC yang saya kenal. Ko Tim masih di ruang es, karena harus menunggu orang tua ko Tim datang.  

 Kemudian saya bertemu dengan Ci Ruthy, yang datang dengan Ibu Mega (istri Pdt. Benny Solihin) dosen saya di SAAT. Saya menyalami Ci Ruthy yang berusaha tabah, tapi tidak kuasa menahan air matanya. Saya merasa sedih banget. Biasanya saya bertemu dengan ci Ruthy sambil guyonan, sekarang sulit sekali. Saya hanya berani berkata, "ci Ruthy sudah makan ?' dia menggeleng. sejak kemarin dia belum makan. Setelah beberapa keluarga datang, saya diberi kesempatan untuk melihat ko Tim di kamar es. Air mata saya tidak kuasa untuk saya tahan menyaksikan sahabat terbaikku ada di sana. Tangan yang dulu memelukku ketika aku sedang gundah, tangan yang memberkatiku, sekarang terlipat rapi. Ko Tim kelihatan gagah sekali sore itu. Wajahnya yang masih segar kelihatan begitu damai, menghadap Kristus yang dilayaninya selama ini. Saya ke belakang dan menangis sendirian. Tidak bisa tahan menyaksikan hal itu.

Sasa,Noel,Justian,Theo & Paul

Tapi saya tahu tugas saya ke sana adalah untuk menghibur anak-anak ko Tim. Saya keluarkan balon dan mulai bermain balon dengan beberapa anak Ko Tim. Noel,Justian, Teofilus dan Paul (anak  ko Tim) bermain dengan cukup gembira, meskipun saya tahu tidak dapat menghibur dan menyelami perasaan mereka sepenuhnya. Sasa kelihatan sangat sedih. Noel hanya banyak diam dan sesekali tersenyum. Theo dan Paul yang bermain balon dengan antusias. Dalam hati saya hanya berdoa supaya Tuhan kuatkan anak-anak yang manis ini.

Sambil menghilangkan beban di hati, saya membantu mengatur kursi untuk ibadah penghiburan hari 1. Sahabat-sahabat ko Tim berdatang. hampir 200 orang datang malam itu, menghormati Ko tim dan menghibur keluarga. Ibadah begitu khusyuk. beberapa di antara sahabat meneteskan air mata. ada yang saling berpelukan dibelakang. Saya hanya berdiri di depan, membantu menata kursi, mempersilahkan orang duduk, sembari mengikuti ibadah tersebut. Satu persatu kesaksian indah di sharingkan oleh sahabat-sahabat. Iman, kasih, kerendahan hati, cintanya pada Tuhan, dan semangat membagi hidupnya untuk orang lain disharingkan hari itu. yang paling indah dari semua kesaksian sahabat-sahabat Ko Tim adalah, sampai akhir hidup, dia memberikannya bagi orang lain. Dia mati karena membantu beberapa mahasiswi yang tenggelam di pantai selatan Malang. Dia mati untuk menyelamatkan orang lain. Bukankah itu seperti yang Kristus lakukan ? Mati untuk orang lain. Hujan rintik-rintik di kota Malang malam itu, seakan saya mendengar Tuhan Yesus berkata," Mari anakku yang Kukasihi, kamu adalah hamba KU yang setia. Masuklah dan nikmatilah pesta bersama-KU di Surga kekal. engkau telah mengakhiri pertandingan dengan baik dan sekarang tersedia mahkota kehidupan bagimu, ISAK TIMOTIUS".

Ko Tim, saya dan merry, malam ini berdoa... kami tetap akan ke Papua, menjangkau anak-anak dan remaja bagi Kristus, seperti mimpi ko Tim dan saya beberapa tahun yang lalu. Tunggu saat yang tepat waktu kami pulang ke Surga nanti. Akan kami ceritakan semua mimpi tentang anak dan remaja Papua yang menjadi kenyataan.... SELAMAT JALAN KO TIM

kami mengasihimu dan mengikuti jejak kesetiaanmu kepada Kristus,

Rudy dan Merry Tejalaksana
Surabaya (12 September 2010)

Welcome to my joyful blog

Dear all friends,



Hi, thanks for visiting this blog. We made this blog because We want to share love, joy, and faith to all in need. We love to serve and help you, especially children and adolescent, to find the purpose of your life.



If you are in need of someone who listen and care, please contact me. if you need me in private, contact us freely to our email: rudytejalaksana@yahoo.com or contact us through facebook. I want to help you.... please let me know ya.

God loves you, guys